Sunday, October 08, 2006

Bab Satu : Kitab Suci, Keyakinan, dan Awal Mula

Pada suatu pagi di hari Sabtu, bel di pintu depan pastoran berbunyi. Dan saya mendapat kunjungan dua anak muda berpakaian rapi. Masing-masing membawa Kitab Suci dan koper. Mereka terkejut ketika mengetahui bahwa yang dihadapinya adalah seorang imam Katolik (pastoran yang saya tempati tidak ada bedanya dengan rumah-rumah biasa di kota kecil tempat saya berdomisili), namun demikian mereka memohon ijin untuk masuk.

Saya menyilakan mereka ke ruang tamu dan memperkenalkan diri sebagai seorang pastor dari Gereja Katolik setempat. Kemudian mereka memperkenalkan nama masing-masing dan kaitannya dengan tugas sukarela dari gerejanya, seperti : melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, menjelaskan keyakinan mereka, dan membagi-bagikan brosur. Yang paling muda minta maaf karena tugas mewartakan “Sabda Allah” merupakan hal yang relatif masih baru, namun karena tiba gilirannya, mau tak mau ia harus berbicara. Ia melanjutkan dengan memberikan penafsiran ayat demi ayat doa Bapa Kami. Tampaknya ia semakin gugup setelah menyadari bahwa penjelasannya mengenai Doa Bapa Kami kurang mengena apalagi kepada seorang imam yang usianya dua kali umurnya. Akhirnya, ia mencapai puncak bingungannya karena lupa pada ayat setelah “berilah kami rejeki pada hari ini,” ia berhenti dan mengajak melanjutkan percakapan yang umum-umum saja.

Setelah tenang kembali ia bertanya bagaimana harus menyapa saya. “Sesukamu sajalah,” jawab saya, “tetapi kebanyakan orang memanggil saya “bapa” (di Amerika Serikat sebutan untuk seorang romo, imam, atau pastor Katolik adalah “father,” yang dalam bahasa Indonesia “bapa”). Mendengar jawaban saya, ia balik bertanya :” bukankah Yesus berkata : Janganlah pula kamu memanggil seorang di bumi Bapa sebab hanya ada seorang Bapa ialah yang ada di surga?” Saya menjelaskan bahwa tafsiran Gereja Katolik mengenai Matius 23:9, adalah bahwa Yesus menentang sikap-sikap yang keliru atas kebanggaan superioritas (salah satu bentuk kekuasaan yang dimonopoli oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada waktu itu), tidak berarti Yesus melarang penggunaan kata bapa atau guru; sebaliknya kata-kata ini tidak mengacu kepada kepala keluarga (parents) atau guru! Saya juga menjelaskan bahwa Gereja Katolik mengikuti praktek Santo Paulus, yang menulis kepada umat yang dilayaninya : “Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” (I Kor 4: 15).

Diskusi kami berlanjut sampai kepada metoda menafsirkan Kitab Suci. Mereka menyatakan keyakinannya bahwa Kitab Suci memberikan semacam kerangka-waktu (timetable) bagi masa depan, termasuk hari kiamat. Saya menjelaskan bagaimana ajaran Gereja Katolik menafsirkan tentang “hari” (baca: kiamat). Bahwa “tentang hari atau saat itu, hanya Allah Bapa saja yang tahu." (Mrk 13:32), dan kita harus selalu siap untuk berjumpa dengan Kristus.

Kemudian kedua anak muda itu mohon pamit. Kunjungan mereka sangat bersahabat, ditandai dengan sikap sopan-santun dan saling menghormati. Namun demikian saya tidak membuat lingkaran pada tanggal di kalender saya untuk hari kiamat, dan saya pun ragu apakah kedua anak muda itu memanggil pendeta mereka “bapa”!

Apa Arti Kitab Suci?

Cerita kunjungan Sabtu pagi di atas memberikan gambaran nyata bahwa mereka yang menyebut diri Kristiani -- dua anak muda dan seorang imam Katolik -- barangkali memang betul-betul membaca Kitab Suci, tetapi mungkin saja pemahaman mereka akan Kitab Suci tidaklah sama. Hal seperti ini bisa terjadi karena sebagian bahasa Kitab Suci tergolong kompleks (rumit). Kita semua memiliki pengalaman menyampaikan suatu ide tertentu kepada orang lain, tetapi mereka tidak memahami apa yang kita maksudkan. Kerumitan ini akan semakin bertambah manakala seseorang berusaha ber­komu­nikasi menembus batas-batas (barriers) waktu, budaya, atau bahasa.

Dewasa ini dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa Indonesia. Sutan Takdir Alisyahbana pun pada tahun 1920-an telah menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi kita dewasa ini merasa kesulitan menangkap makna kata-kata yang ia pergunakan dalam tulisan-tulisan sastranya seperti misalnya “pauh dilayang,” akan cenderung kita artikan sebagai “sesuatu yang diterbangkan atau dilontarkan ke udara.” Padahal arti kata itu sebenarnya adalah : mengiris mangga! Suatu ungkapan yang biasa dipergunakan di suatu daerah, belum tentu cocok bila diterapkan di daerah lain. Di Indonesia ungkapan “celana ini kependekan untuk saya,” tidak cocok bila diterapkan di negara tetangga kita Malaysia karena orang di sana akan menggunakan ungkapan “celana ini terlalu singkat bagi saya.” Beberapa puluh tahun lalu Chevrolet Motor Co., mengeluarkan model mobil yang diberi nama “Nova” dan diekspor ke Mexico dan ternyata pemasaran mobil itu jeblok! Setelah diteliti ketahuanlah bahwa dalam bahasa Spanyol No va berarti “tidak bisa jalan!”

Kitab Suci ditulis dalam rentang waktu ribuan tahun lalu oleh orang-orang yang memiliki kebudayaan yang sangat berbeda dengan kita dan menggunakan bahasa yang sama sekali tidak kita mengerti. Kitab Suci ditulis dalam format sastra yang sangat berlainan dengan karya-karya sastra Indonesia kontemporer dewasa ini. Banyak kata-kata penting dalam Kitab Suci, misalnya yang diucapkan Yesus menggunakan bahasa Aram, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan selanjutnya diterjemahkan lagi ke dalam bahasa-bahasa Eropa, baru kemudian dialihkan ke dalam Bahasa Indonesia. Dalam konteks seperti inilah, kita dihadapkan pada pelbagai masalah yakni mengartikan Kitab Suci.

Adalah keyakinan Gereja Katolik dan banyak lagi gereja-gereja Kristen lainnya yang menganggap bahwa Kitab Suci juga ditulis oleh Allah. Ini berarti bahwa kita dapat sepenuhnya percaya akan isi Kitab Suci pada tataran yang tidak ada bandingannya. Namun demikian hal ini justru akan menimbulkan persoalan lebih lanjut. Bagaimana mungkin suatu tulisan yang sama dikerjakan baik oleh Allah maupun manusia? Lantas bagaimana cara kita menafsirkan tulisan-tulisan tersebut?

Pandangan resmi Gereja Katolik adalah bahwa Allah sendiri yang memberi inspirasi kepada manusia penulis Kitab Suci melalui bakat, kemampuan, dan gaya yang mereka miliki. Allah tidak serta merta mendikte pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada para penulis atau menggunakan mereka sebagai juru bicara semata yang tidak memiliki peran samasekali. Oleh karena itu, untuk dapat mengerti dengan baik setiap bagian dalam Kitab Suci mau tak mau kita harus kembali lagi kepada masa dan tempat asal manusia penulis Kitab Suci dengan menggali pesan-pesan yang diungkapkan oleh para penulis tersebut.

Pada tahap selanjutnya kita akan mempelajari secara lebih rinci ihwal penafsiran Kitab Suci. Pada titik ini kita telah bersepakat bahwa Kitab Suci harus ditafsirkan. Tak dapat disangkal memang ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa kita dapat memahami Kitab Suci dari kata-kata yang terkandung dalam Kitab Suci itu sendiri. Tetapi rentang waktu ribuan tahun lalu dan fakta bahwa Kitab Suci ditulis di dalam bahasa yang dipergunakan bagi orang-orang yang berbeda budaya, semakin meyakinkan kita bahwa mempelajari dan menafsirkan adalah sangat penting jika kita ingin memahami secara baik Kitab Suci.

Untuk memperkuat pandangan ini, kita hanya memerlukan beberapa kutipan dari ayat Kitab Suci. Mazmur 144:1 berbunyi:” Terpujilah TUHAN, gunung batuku.” Apakah ini berarti bahwa Allah adalah benda-benda padat atau apakah ayat tersebut memiliki makna bahwa Allah adalah pencipta yang maha perkasa sehingga kita bisa bergantung padaNya? Dengan demikian menafsirkan Kitab Suci adalah penting. Contoh lain bisa kita temukan dalam Lukas 14:26, di mana Yesus berkata : "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Apakah ini berarti bahwa Yesus mengajak kita membenci keluarga kita sendiri? Atau apakah ucapan Yesus dalam bahasa Armaic itu berarti lain? Lagi-lagi di sini ditunjukkan bahwa menafsirkan Kitab Suci adalah sangat penting.

Penelitian Para Ilmuwan

Ide menafsirkan Kitab Suci telah menempatkan sebagian orang Katolik dalam posisi yang tidak nyaman. Mereka mungkin memahami bahwa beberapa pasal-pasal Kitab Suci diasumsikan sebagai historis tetapi sekarang harus ditafsirkan dengan cara yang berbeda. Bukankah ini berarti bahwa seluruh isi Kitab Suci hanyalah cerita khayalan?

Jelas bukan. Beberapa tahun belakangan ini memang telah terjadi perubahan pemahaman terhadap beberapa bagian Kitab Suci. Perubahan pemahaman ini karena hasil penemuan para ilmuwan di bidang bahasa, arkeologi, dan sejarah.

Bahasa : Abad 19 dan 20 ini telah mengungkap ribuan dokumen yang sebelumnya tidak diketahui sejak jaman Kitab Suci. Naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa Mesir, Babylonia, Persia, Aram, dan bahasa-bahasa lainnya memungkinkan para ilmuwan mengungkap cara-cara penulisan dan berpikir orang-orang kuno. Penemuan-penemuan seperti Gulungan Laut Mati (salinan naskah kuno dari beberapa bagian Kitab Suci dan beberapa tulisan lain ditemukan di gua-gua padang pasir selatan Yerusalem) pada 1947 telah membantu para ahli membuat kemajuan yang menakjubkan dalam memahami baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Arkeologi : Dalam dua abad belakangan ini, para arkeolog telah membawa pengertian baru pada Kitab Suci. Monumen-monumen dan kota-kota kuno telah digali dan dipelajari di Mesir, Palestina, dan tempat-tempat penting lainnya menurut Kitab Suci. Hampir seluruh aspek kehidupan yang disebutkan dalam Kitab Suci telah diklarifikasi sedemikian rupa.

Sejarah : Ditopang oleh penemuan-penemuan arkeologi, para ahli sejarah telah memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai kehidupan masa lalu. Mereka telah mampu mendokumentasikan bagian-bagian dari Kitab Suci yang tidak historis dan yang historis.

Alhasil, kita barangkali berada pada posisi yang lebih baik dalam memahami maksud dari penulis-penulis Kitab Suci sejak jaman Yesus. Mungkin kita perlu merevisi pandangan kita atas beberapa bagian dari Kitab Suci, namun demikian bukan berarti kita beranggapan bahwa secara keseluruhan isi Kitab Suci adalah dongeng belaka. Ada sejarah di dalam Kitab Suci. Tetapi ada pula perumpamaan-perumpamaan, puisi, cerita-cerita pendek, drama, cerita tentang binatang, dan pelbagai macam tulisan lainnya.

Hal-hal di atas sepertinya merupakan suatu tantangan tersendiri karena begitu luas cakupannya. Betul bahwa penelitian-penelitian seperti telah disebut di muka memerlukan pengetahuan bahasa-bahasa kuno, pelbagai budaya, dan sejarah. Barangkali ini di luar kemampuan manusia pada umumnya. Tetapi para ilmuwan Kitab Suci telah membantu banyak hal bagi kita. Melalui bantuan mereka kita dapat belajar mengenal dan memahami bentuk-bentuk sastra Kitab Suci, seperti halnya kita mengenal dan memahami karya-karya sastra kontemporer dewasa ini.

Kita memperoleh manfaat yang sangat besar atas penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan utamanya dalam hal penterjemahan Kitab Suci yang dewasa ini semakin bagus. Terjemahan-terjemahan Kitab Suci dewasa ini sudah mendekati makna naskah aslinya (dokumen-dokumen yang ditulis tangan) ketimbang terjemahan Kitab Suci beberapa puluh tahun lalu. Kalau kita membuka Kitab Suci Komunitas Kristiani (Edisi Pastoral Katolik, 2001) di sana akan kita jumpai latar belakang sejarah, masa penulisan masing-masing kitab sekaligus penulisnya, dan yang terpenting disediakan tafsiran di bagian bawah sebagai pedoman atau bantuan bagi para pembaca.

Catatan penulis sebagai klarifikasi : Dalam buku ini kerap menyebut para ilmuwan Kitab Suci. Ini sekadar menunjuk kepada pekerjaan mereka sebagai ilmuwan. Segala upaya telah dilakukan di sini untuk mengikuti keyakinan ilmuwan atas ajaran-ajaran Gereja Katolik dan mengungkapkan pandangan yang sejalan dengan yang telah ditetapkan Gereja. Tetapi pandangan ilmuwan dapat berubah begitu ada bukti-bukti baru yang ditemukan oleh para arkeolog, ahli bahasa, dan sejarawan. Hal ini tentu saja tidak lantas membuat kita cemas. Iman kita tidak terletak pada spekulasi para ilmuwan, tetapi pada kebijaksanaan dan otoritas Allah. Sementara teori dan pendapat para ilmuwan berubah, doktrin dasar Gereja Katolik yang dibangun adalah pasti dan sepanjang masa sebab ia berasal dari Yesus Kristus sendiri, Tuhan dan Allah kita, “baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:8).

Tafsir Modern Kitab Suci

Tidak ada naskah tulisan tangan penulis asli yang bisa terpelihara hingga dewasa ini. Naskah-naskah tua yang ada adalah salinan dan terjemahan, beberapa naskah tua tersebut berusia ribuan tahun, bahkan ada yang lebih tua lagi. Pada abad-abad lalu, belum ada kesepahaman mengenai apa sesungguhnya yang dikatakan kitab-kitab asli. Tetapi kemajuan di bidang arkeologi, ilmu bahasa, dan ilmu sejarah telah membantu ilmuwan Kitab Suci mencapai kesepakatan mengenai hakikat dari teks-teks asli Kitab Suci.

Alhasil, banyak perbedaan mendasar yang sebelumnya dapat kita temui pada terjemahan Kitab Suci Protestan maupun Katolik yang dewasa ini sudah dapat dihilangkan. Sebagai contoh, tambahan yang tidak alkitabiah pada Doa Bapa Kami, “[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] telah dihilangkan dalam terjemahan modern Kitab Suci Portestan. Namun demikian, akan tetap ada terjemahan versi Protestan maupun Katolik. Pada negara-negara yang berbahasa Inggris versi terjemahan ini lebih banyak lagi. Barangkali kita bertanya dalam hati, “Mengapa begitu banyak versi? “Versi mana yang harus saya pakai?”

Tak dapat disangkal bawa terjemahan Kitab Suci banyak sekali versinya. Karena sebuah kata bisa saja memiliki banyak arti dan bisa menjadi pokok perbedaan dalam penafsiran. Seorang penerjemah mungkin lebih suka menggunakan kata membantu. Tetapi lainnya lebih senang memakai kata menolong. Bagi seorang ahli bahasa kata cinta barangkali lebih menjadi pilihan ketimbang kata karitas. Tetapi ahli bahasa lainnya kata karitas merupakan pilihan yang terbaik.

Beberapa terjemahan diupayakan sedekat mungkin mengikuti bahasa aslinya, sementara terjemahan bebas, atau parafrase, menekankan ide-ide yang dinyatakan kembali dengan kata-kata sendiri. Pendekatan yang pertama menghasilkan versi terjemahan yang mendekati penulis asli, tetapi bahasanya mungkin terlihat kaku. Sedangkan yang ke-2 memiliki keuntungan karena menghasilkan lebih banyak keragaman teks-teks yang lebih enak dibaca, tetapi hal ini bisa mengakibatkan hasil terjemahannya agak bias dari maksud aslinya.

Di Indonesia pun terjemahan Kitab Suci banyak ragamnya, seperti Kitab Suci Dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, Kitab Suci Terjemahan Baru Versi I, Kitab Suci Terjemahan Baru Versi II, belum lagi yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa daerah seperti Batak, Jawa, Sunda, Minahasa, Bugis, dll. Selain itu ada yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk Protestan. Sedangkan yang Katolik dikerjakan oleh Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Namun demikian KWI tetap mengakui hasil terjemahan yang dikeluarkan oleh LAI. Sebagai orang Katolik kita bisa memilih Kitab Suci hasil terjemahan LAI dengan tambahan kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggaran oleh LBI. Atau kita bisa menggunakan Kitab Suci Komunitas Kristiani Edisi Pastoral Katolik (Penerbit OBOR, 2002).

Awal Mula Membaca Kitab Suci

Kitab Suci sejatinya merupakan sebuah kumpulan kitab-kitab. Kitab itu sendiri merupakan hasil terjemahan dari bahasa Yunani biblia. Kitab Suci juga kerap disebut dengan “Kumpulan Karya Tulis Sakral” (the sacred writings). Pada dasarnya terdapat dua bagian penting dalam Kitab Suci yaitu : Perjanjian Lama, ditulis sebelum jaman Yesus Kristus, dan Perjanjian Baru, ditulis dalam masa 100 tahun setelah Kematian dan Kebangkitan Kristus. Sebagian besar Kitab Suci memiliki daftar isi serta metoda penomoran baik untuk Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selain itu biasanya terdapat pula daftar singkatan yang lazimnya merujuk kepada setiap kitab di dalam Kitab Suci.

Masing-masing kitab dibagi-bagi lagi menjadi bab-bab dan ayat-ayat. Sistem penomoran yang dipakai dewasa ini sejatinya bukan merupakan bagian dari Kitab Suci yang asli, pemenggalan pada bab-bab dan ayat-ayat seringkali tidak sinkron dengan arti teks. Namun demikian metoda ini telah diterima oleh masyarakat dunia guna menemukan kutipan-kutipan di dalam Kitab Suci.

Cara yang lazim digunakan untuk merujuk pada kutipan-kutipan Kitab Suci adalah sebagai berikut : pertama, penyebutan nama Kitab (biasanya disingkat, seperti Matius disingkat dengan Mat., Kejadian menjadi Kej.); kedua, diikuti oleh sebuah angka, yang menunjukkan pada Bab dari kitab tersebut. Mat 2 berarti Injil Matius Bab 2. Setelah itu diikuti dengan titik dua (:) dan dilanjutkan dengan angka, yang menunjuk pada Ayat. Mat 2:19-23 berarti Injil Matius Bab 2, Ayat 19 s/d 23.

Jika kutipan yang kita pilih merujuk pada lebih dari satu bab, akan ditulis demikian : Mat 2:19-3:6, dibaca Injil Matius Bab 2, Ayat 19 sampai dengan Bab 3, Ayat 6.

Kerap pula ayat-ayat tertentu di dalam satu Bab dirujuk, tetapi lainnya dilewati. Sebuah koma biasanya digunakan untuk menunjuk pada ayat-ayat yang dilewati. Sebagai contoh, 1 Raj 2:1-4, 10-11 mengacu pada Kitab Pertama Raja-raja Bab 2, Ayat 1 s/d 4 dan Ayat 10 s/d 11. (Ayat-ayat 5 s/d 9 dilewati).

Metoda penomoran ini pada awalnya akan membuat kita bingung, tetapi ia akan menjadi mudah setelah kita terbiasa dengan Kitab Suci dan setelah melalui proses membuka dan membaca bab demi bab.

Setelah kita memahami metoda penulisan kutipan dalam Kitab Suci. Mulai sekarang seluruh kutipan Kitab Suci dalam buku ini akan menggunakan singkatan dan penomoran yang telah dijelaskan di muka. Singkatan dan metoda penomoran yang telah kita pelajari lazim digunakan di gereja-gereja Indonesia, baik Katolik maupun Protestan.

Alat-bantu Memahami Kitab Suci

Buku A Catholic Guide To The Bible ini, akan membimbing para pembaca menjelajahi Kitab Suci. Alat-bantu lain barangkali dapat kita temukan dalam buku-buku yang mengkhususkan diri pada Studi Kitab Suci. Komentar Kitab Suci misalnya, memuat penjelasan ayat demi ayat pada setiap bab-bab dalam Kitab Suci. Atlas Kitab Suci membantu kita menemukan tempat atau letak kejadian-kejadian (kisah) di dalam Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Atlas Kitab Suci terkadang memberi penjelasan rinci tentang kehidupan sehari-hari di jaman kuno (jaman Kitab Suci). Konkordansi memuat daftar kata-kata yang ada dalam Kitab Suci serta menunjukkan pada bab serta pasal di mana kata-kata tersebut berada. Catatan Penterjemah : Di Indonesia Konkordansi Alkitab karangan Dr. D.F. Walker sejak 1978 telah dipergunakan di kalangan gereja maupun mahasiswa teologi. Kamus Kitab Suci memberikan penjelasan mengenai kata-kata, nama-nama, dan tempat-tempat penting yang ada di dalam Kitab Suci. Audio Kitab Suci biasanya diperuntukkan kepada pembaca tuna-netra sehingga Sabda Allah sampai juga kepada mereka melalui alat-bantu tersebut. Atau Audio Kitab Suci bisa juga dipergunakan jika tempat dan waktu memang kurang memungkinkan jika memakai sarana Kitab Suci biasa. Program Komputer Kitab Suci, adalah Kitab Suci yang ditulis menggunakan sarana program komputer sehingga pengguna dapat langsung mengakses setiap kata dan ayat dan langsung ditampilkan di layar komputer.

Sesungguhnya terdapat puluhan ribu buku yang menyediakan informasi mengenai Kitab Suci. Banyak di antaranya yang sejalan dengan ajaran gereja Katolik tetapi banyak pula yang tidak sesuai dan bahkan menyerang ajaran Gereja Katolik. Kita harus pandai memilah-milah buku-buku mana yang dapat membantu kita mendalami Kitab Suci.

Iman dan Kitab Suci

Kitab Suci telah menjadi kitab yang paling banyak dibeli orang – bestseller --selama dua ribu tahun. Karena Kitab Suci menyapa setiap manusia sesuai konteks situasinya. Ia juga merefleksikan emosi manusia dan melukiskan sebuah gambar yang tepat mengenai seluruh aspek kehidupan manusia : baik dan buruk. Ia adalah literatur agung : sejarah yang hidup, puisi yang memiliki jiwa, dan cerita-cerita yang mungkin tak terlupakan. Perikop-perikop seperti “ Tuhan adalah gembalaku” (Mzm 23) dan perumpamaan Yesus tentang Anak Yang Hilang (Luk 15:11-32) adalah sangat terkenal dan disukai oleh ratusan juta orang di seluruh dunia.

Tetapi alasan utama mengapa Kitab Suci menjadi bestseller adalah karena ia mendapat inspirasi Allah. Hal ini berarti bahwa Allah mempengaruhi para manusia penulis Kitab Suci untuk mengajarkan kebenaran bagi keselamatan kita. Allah menghadiahi kita Kitab Suci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam hidup kita seperti : “Mengapa kita hidup di dunia?” “Bagaimana segala sesuatu diciptakan?” “Apakah Allah itu sungguh ada, dan jika benar-benar ada, seperti apa Allah itu?” “Bagaimana seharusnya kita hidup?” “Apa yang terjadi kemudian setelah kita mati?”

Memandang Kitab Suci hanya sebagai literatur yang kita pelajari sebagaimana halnya buku-buku pelajaran lainnya adalah sangat mungkin, namun cara pandang seperti itu kurang tepat. Kita barangkali memahami isi Kitab Suci dan mendiskusikannya secara ilmiah mengenai beberapa pokok bahasan, tetapi kita akan gagal dalam memahami masalah yang sangat penting, kecuali kita bertanya pada diri kita : Apakah Kitab Suci benar-benar inspirasi Allah? Apakah Allah benar-benar berbicara kepada kita melalui halaman-halaman Kitab Suci? Apakah Kitab Suci memberikan pedoman hidup bagi kita? Apakah kita percaya pada pesan-pesan Kitab Suci tentang keselamatan dan kehidupan kekal melalui Yesus Kristus?

Kitab Suci akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Kita barangkali merasa nyaman dan puas ketika membaca sebuah novel yang bagus, tetapi ia tidak akan menyebabkan kehidupan kita berubah. Namun ketika kita membaca Kitab Suci, kita senantiasa ditantang untuk percaya dan menaruh harapan, untuk mencintai dan memberi, untuk berkorban dan saling membagi, untuk memaafkan dan menerima maaf, untuk tumbuh dan percaya. Barangkali kita menghargai Kitab Suci sebagai literatur yang hebat, akan tetapi kita baru benar-benar memahami Kitab Suci hanya setelah kita menyadari bahwa Kitab Suci adalah sarana dialog dengan Allah Yang Hidup.

Beberapa tahun lalu saya berjumpa dengan seorang wanita lanjut usia yang didiagnosa menderita kanker yang mematikan. Setelah kami berbincang-bincang mengenai penyakitnya, saya bertanya apakah ia takut mati? “Oh tidak,” jawabnya tegas. “Yesus akan menuntun saya ke surga. Saya ingin hidup bersama suamiku lagi, dengan kedua orang tuaku. Saya percaya Tuhan akan menolong saya.”

Ia benar-benar “memahami” Kitab Suci-nya! Mungkin ia tidak dapat mengutip bab dan ayat Kitab Suci, tetapi ia sangat mengerti akan janji Kristus, dan ia sungguh percaya! Sebaliknya sangat mungkin bagi seorang ilmuwan mengetahui hampir seluruh kata yang pernah diucapan Yesus yang berkaitan dengan kehidupan kekal tetapi ia tidak mempercayai satu kata pun. Tujuan kita melakukan studi Kitab Suci adalah mempelajari apa yang Allah katakan dalam Kitab Suci dan mempercayai-Nya serta kemudian melaksanakannya.

Berdoa sebelum membuka Kitab Suci adalah sangat penting, karena dengan berdoa kita membuka hati dan pikiran kita kepada Sabda Allah melalui kata-kata-Nya yang tertulis dalam halaman-halaman Kitab Suci.

Pada saat kita memperlajari Kitab Suci dan isi Kitab Suci sedang memenuhi kepala kita. Atau pada saat kita membuka Kitab Suci sebagai langkah awal untuk berdoa. Atau ketika kita membuka Kitab Suci untuk mencari petunjuk, hendaklah kita mengawali langkah tersebut dengan berdoa kepada Tuhan : “Ya Allah, bantulah saya untuk memahami dan mengerti Sabda-Mu. Buatlah aku percaya pada Sabda-Mu. Kuatkanlah aku untuk melaksanakan Sabda-Mu itu. Amin.”

Pertanyaan untuk bahan Diskusi dan Renungan

  1. Adakah perikop-perikop dalam Kitab Suci yang menjadi favorit Anda? Mengapa? Pada bagian mana dari Kitab Suci yang masih membuat anda bingung? Mengapa?
  2. Pada saat anda membuka Kitab Suci, atau ketika anda membaca Kitab Suci pada waktu mengikuti pelayanan doa, apakah anda sadar bahwa Allah sedang berbicara dengan anda melalui kata-kata yang tertulis dalam Kitab Suci?

Aktivitas

Diamlah untuk beberapa saat. Renungkanlah hal-hal yang paling penting yang belum anda mengerti dalam hidup anda. Kemudian, tulislah sebuah doa yang isinya memohon kepada Tuhan agar berkenan membatu menemukan jawaban tersebut dari dalam Kitab Suci. Selipkanlah doa ini di dalam Kitab Suci anda dan gunakan doa ini pada saat anda mempelajari atau membaca Kitab Suci.

1 comment:

V. Prabowo Shakti said...

Mungkin ada gunanya bagi para pembaca di Indonesia yang sedang mendalami Kitab Suci