Ingatan adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Siapa kita dan akan seperti apa nantinya kita ini, bergantung sebagian besar pada apa yang telah kita lakukan dan apa yang kita ingat pada masa lalu, yaitu : sejarah kita.
Hal yang sama berlaku juga bagi suatu bangsa. Masing-masing bangsa dapat dikenal melalui terang sejarah-nya. Tak dapat disangkal bahwa kesadaran akan masa lalu menjadi hal penting bagi ketahanan suatu bangsa. Ketika Abraham Lincoln berusaha membawa bangsa Amerika ke luar dari krisis akibat perang saudara, ia memusatkan perhatian pada sejarah :”Delapan puluh tujuh tahun lalu, para bapa bangsa kita sampai di wilayah ini, menjadi suatu bangsa baru, mendambakan Kemerdekaan.”
Apa yang dialami oleh orang-perorang dan suatu bangsa dapat berlaku juga bagi suatu agama, seperti agama Yahudi dan Kristen, misalnya. Agama-agama ini dikenal sepenuhnya hanya melalui terang sejarahnya. Yudaisme berasal dari peristiwa-peristiwa sejarah yang membentuk orang-orang Yahudi sebagai bangsa dan kemudian bangsa itu memiliki suatu tujuan tertentu. Sedangkan agama Kristen berakar dari Yudaisme dan di kemudian hari semakin terbentuk karena keterkaitan dengan peristiwa-peristiwa hidup, mati, dan kebangkitan Yesus Kristus. Yudaisme dan Kekristenan keduanya terbentuk atas dasar masa lalu.
Oleh karena itu, kitab-kitab sejarah dalam Perjanjian Lama menjadi sangat penting. Tetapi harus diingat bahwa kitab-kitab sejarah tersebut bukanlah merupakan tulisan sejarah dalam pengertian modern.
Sejarah Keselamatan
Pada tahun 1948 Komisi Kitab Suci Kepausan, yang merupakan badan resmi pengajaran Kitab Suci Gereja Katolik, menyatakan bahwa sejarah dalam Kitab Suci adalah bukan sejarah dalam pengertian tulisan-tulisan sejarah modern. Ia merupakan sejarah sebagaimana orang-orang pada jaman dahulu memahami dan menuliskannya.
Sejarah Kitab Suci pertama-tama merupakan cerita-cerita yang berasal dari kumpulan ingatan keluarga-keluarga, suku-suku, dan bangsa-bangsa yang kemudian ditulis dan ditulis kembali. Kerapkali “sejarah” dalam pengertian seperti itu bukan merupakan hasil tulisan apa adanya dari masa lalu karena kemudian ia merupakan rekonstruksi imaginasi yang dinamakan cerita-cerita rakyat (folklore). Sejarah Kitab Suci memusatkan diri pada hubungan antara Allah dan umatnya. Oleh karena itu, ia dinamakan sejarah keselamatan.
Sejarah Keselamatan dapat didefinisikan sebagai kisah perjumpaan Allah dan manusia. Ia berkisah bagaimana Allah memasuki kehidupan kita dan mengundang kita untuk hadir dalam hadirat dan Keagungan Allah.
Dalam bab ini kita akan lebih memusatkan perhatian pada pesan-pesan spiritual dari sejarah keselamatan, yang kerap kita jumpai dalam tema-tema keagamaan dibandingkan dalam aturan-aturan moral tertentu. Kita juga akan memperhatikan peristiwa-peristiwa dan orang-orang penting dalam sejarah
Kitab-kitab seperti Mazmur dan para nabi lebih berguna jika kita dapat menempatkannya dalam konteks keadaan sejarah pada masa itu. Mazmur 137, misalnya, akan berbicara kepada kita dengan penuh daya dan kecerdasan ketika kita menyadari bahwa Mazmur tersebut ditulis oleh seorang Yahudi dalam pembuangan
Dalam pada itu, pembentukan doktrin menjadi lebih mudah dipahami ketika kita memahami sejarah Perjanjian Lama. Apalagi jika kita mampu membedakan kitab-kitab yang lebih tua dari yang terbaru. Kita tidak akan terkejut ketika menjumpai bahwa kitab-kitab yang lebih tua belum memiliki pernyataan yang jelas ihwal kehidupan kekal. Dan kita akan melihat bagaimana Allah secara perlahan-lahan membimbing umatNya kepada pemahaman yang lebih lengkap akan rencana ilahi begitu umatNya lebih terbuka pada kebijaksanaan dan wahyu Allah.
Sejarah Ulangan (Deuteronomist)
Para ahli Kitab Suci cenderung memandang Kitab-kitab Yosua, Hakim-Hakim, 1 dan 2 Samuel, dan 1 dan 2 Raja-raja sebagai hasil inspirasi dari pandangan teologis Kitab Ulangan (Deuteronomist).
Para ahli berpendapat bahwa sejarah Ulangan disusun dari berbagai sumber kira-kira tahun 620 S.M. Dan kemudian diperbarui dan disusun kembali menjadi bentuk yang sekarang ini kira-kira tahun 550 S.M., pada masa pembuangan Babel. Isinya meliputi peristiwa-peristiwa dari kematian Musa (1210 S.M.) hingga pembuangan
Mengapa sejarah Ulangan ditulis? Jawabnya adalah karena orang-orang Yahudi pada tahun 550 S.M. menyadari bahwa Allah berjanji akan menjadikan mereka sebagai bangsa yang terpilih. Tetapi setelah masa kejayaan Daud dan Salomo, orang-orang
Sejarah Ulangan membenarkan bahwa hanya ada satu Allah. Allah tetap setia pada perjanjian yang telah dibuat dengan bangsa
Sebagaimana telah dijelaskna pada Bab Empat, kita harus memaklumi keterbatasan dari teologi Ulangan (Deuteronomist). Adalah benar bahwa kepatuhan akan menerima berkat dan ketidak-patuhan akan mendapat hukuman. Namun kita sekarang tahu dari ajaran Yesus bahwa Panghakiman Akhir dari Allah terjadi setelah kita mengalami kematian. Kita juga tahu dari ajaran Yesus Kristus bahwa penderitaan tidak selalu datangnya dari hukuman Allah karena dosa-dosa pribadi kita.
Kelemahan lain dari teologi Ulangan (Deuteronomist) bisa kita temukan pada pemahamannya bahwa Allah sebagai penyebab segala sesuatunya. Akibatnya, orang-orang
Setelah memahami kelemahan teologi Ulangan, kita dapat belajar banyak dari perhatian utama mereka kepada keagungan Allah dan nilai-nilai kepatuhan. Sejarah Ulangan mengajarkan kepada kita untuk menjadikan Allah sebagai yang paling utama dalam hidup kita dan memandang setiap pilihan sebagai kesempatan untuk menjawab kehendak Allah.
Kitab Yosua
Kitab Yosua disebut demikian karena kepahlawanan Yosua, penerus Musa. Di dalam Kitab itu diceritakan bagaimana Yosua memimpin orang-orang Yahudi menyeberangi sungai Yordan masuk ke Tanah Terjanji dengan mengalahkan penduduk asli dan membagi wilayah yang direbut itu di antara suku-suku
Tujuan utama dari Kitab Yosua adalah untuk menunjukkan kesetiaan Allah dalam membawa bangsa
Gambaran dari Kitab Hakim-hakim ini barangkali yang lebih mendekati kenyataan sebenarnya. Sedangkan Kitab Yosua hampir dapat dipastikan berisi gambaran ideal atas penaklukkan Tanah Terjanji : meringkas kejadian-kejadian yang sesungguhnya telah berlangsung selama berabad-abad menjadi seolah-olah hanya beberapa tahun saja. Fakta sesungguhnya atas invasi Palestina oleh orang-orang Yahudi dan penaklukkan yang bertahap atas penduduk asli adalah inti sejarah di balik Kitab Yosua. Sepanjang inti sejarah itu bisa kita jumpai banyak cerita, seperti penaklukkan Yeriko, yang tidak dapat dibuktikan oleh para arkeolog dan cerita itu harus dikategorikan sebagai cerita rakyat (folklore). Maksud penulisnya adalah memberikan pelajaran teologi, bukan sejarah dalam pengetian modern.
Menyadari bahwa Kitab Yosua bukan sejarah dalam artian modern justru dapat membantu kita memecahkan satu masalah penting baik dalam Kitab ini maupun kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Lama. Yaitu masalah yang sering dinyatakan kembali berulang-ulang bahwa Allah memerintahkan pembasmian secara menyeluruh bagi siapa saja yang menentang orang-orang Yahudi.
Perlu dicatat bahwa perang-perang suci -- yang menganggap perintah Allah membantai baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak – ditulis kira-kira tujuh ratus tahun setelah peperangan itu terjadi, yaitu pada masa ketika orang-orang Yahudi berjuang mati-matian untuk hidup. Oleh karena itu, banyak perang suci yang menempatkan para musuh sebagai orang-orang yang harus dibantai, barangkali hal tersebut merupakan sebuah
Orang-orang Yahudi pada tahun itu, misalnya, tergoda untuk kawin-mawin dengan orang-orang asing dan menerima dewa-dewa kafir mereka. Penyusun sejarah Ulangan mungkin ingat kisah-kisah penaklukan yang dilakukan oleh Yosua dan para penerusnya. Mereka mengingat kembali khususnya cerita-cerita rakyat yang mengagungkan Allah dengan kisah kemenangan orang-orang Yahudi dan panghancuran musuh secara paripurna. Mereka melihat bahwa baik kemenangan dan pembasmian musuh itu sebagai datang secara langsung dari pertolongan Allah Mereka menceritakan kembali kisah ini untuk mengingatkan orang-orang Yahudi tahun 550 S.M. agar berhati-hati dengan ajaran-ajaran kafir. Peringatan mereka mungkin seperti ini :”Menjauhlah dari kekafiran.
Bila kita berpaling kepada Yesus, kita melihat alasan yang lebih maju perihal penafsiran tersebut. Yesus tidak pernah menganjurkan membasmi umat manusia. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus menyuruh Yosua membantai dengan mata pedang orang-orang yang tidak bersalah baik pria, wanita, maupun anak-anak. Kita sebaiknya tidak percaya bahwa Allah memberikan perintah membunuh seperti itu dalam jaman Perjanjian Lama. Yang paling mungkin adalah bahwa peristiwa-peristiwa pembantaian seperti dalam Kitab Yosua tidak terjadi sebanyak yang digambarkan. Jika mereka melakukan itu, karena terjadi kesalahan persepsi dan kelemahan manusia ketimbang hal tersebut merupakan perintah langsung dari Allah.
Kita tidak meragukan inspirasi Kitab Suci ketika kita dihadapkan pada pertanyaan apakah Allah sesungguhnya memerintahkan perang suci dan pembantaian secara sistematis terhadap orang-orang tidak berdosa. Kita dapat mengatakan bahwa Kitab Suci secara akurat mencatat pandangan orang-orang
Kita sebagai orang modern telah membaca pesan-pesan yang mirip dengan pesan-pesan Ulangan yang terjadi dalam sejarah kita sendiri. Beberapa waktu lalu, orang-orang Amerika melihat peperangan terhadap orang-orang Indian pada abad sembilan belas sebagai tugas suci membasmi bangsa barbar sebagai pembuka jalan bagi orang-orang beradab. Baru belakangan ini bangsa Amerika mulai berpikir kembali mengenai sejarahnya dan sampai kepada pemahaman bahwa Allah tidak mungkin mengijinkan pembantaian manusia tidak berdosa di kedua pihak dalam konflik tersebut. Membaca kitab-kitab sejarah dalam Perjanjian Lama merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat kembali kepada jaman itu ketika kita dengan ceroboh beranggapan bahwa Allah senantiasa ada di pihak kita, baik di dalam konflik-konflik internasional ataupun kejadian sehari-hari dengan kerabat, tetangga, atau pun rekan sekerja.
Baca Yosua 3 untuk memperoleh penjelasan tentang masuknya bangsa
Baca juga Yosua 6 untuk memperoleh gambaran mengenai kisah penghancuran
Kitab Hakim-Hakim
Banyak bangsa melihat kembali kepada masa-masa perjuangan mereka, masa ketika bangsa tersebut mencari wilayah-wilayah baru atau meperjuangkan dan mempertahankan wilayah dari serbuan bangsa lain. Pada saat-saat perjuangan seperti itulah biasanya kumudian muncul individu-individu yang mampu mengatasi halangan-halangan besar guna menciptakan pemukiman bagi keluarga dan kelompoknya. Bagi bangsa
Hakim-hakim itu bukanlah ahli-ahli hukum, tetapi para pahlawan baik pria maupun wanita yang menyelamatkan bangsa
Jaman Hakim-hakim adalah masa yang penuh dengan kekerasan yaitu ketika bangsa
Apa yang bisa kita pelajari dari kitab Hakim-hakim ini? Barangkali pelajaran yang paling penting dari kitab ini adalah bahwa kemanusiaan senantiasa memerlukan keselamatan. Jika dibiarkan, kemanusiaan akan runtuh menjadi sebuah karikatur yang mengerikan. Kita telah melihat pelajaran-pelajaran semacam itu berulang kali dalam sejarah masa kini yang terjadi pada bangsa-bangsa di abad duapuluh yang berjuang membangun sebuah masyarakat tanpa Ketuhanan dan justru berakhir dengan perang atau penghancuran diri sendiri. Pada kitab Hakim-hakim, kita menyaksikan bahwa kita memerlukan Tuhan.
Baca Hakim-hakim 15-16 dua bab paling akhir dari cerita Samson. Di
Kitab Rut
Kitab Rut diletakkan sesudah kitab Hakim-hakim adalah sebuah narasi yang bukan merupakan bagian dari sejarah Ulangan. Kitab Rut merupakan cerita pendek yang mungkin mempunyai landasan sejarah. Ia mengajarkan hakekat keindahan cinta, kesetiaan, dan pengabdian. Kitab ini ditempatkan setelah Hakim-hakim sebab kisah ini terjadi “pada masa ketika hakim-hakim memerintah” (Rut 1:1) dan karena ia menyajikan secara rinci mengenai kakek-buyut Raja Daud, dengan demikian Rut menyajikan sebuah jembatan antara jaman Hakim-hakim dan masa kerajaan
Muncul pelbagai pendapat mengenai bentuk sastra dan waktu penulisan kitab Rut. Hal-hal semacam ini tidak perlu harus dipecahkan bagi kita guna mempelajari pelajaran yang Allah inspirasikan kepada penulisnya yaitu untuk membagi cinta, kesetiaan, dan pengabdian kepada Allah dan keluarga.
Baca Rut 1-4. Cerita tersebut pendek tapi sangat menarik. Ungkapan kesetiaan Rut kepada ibu mertuanya, Naomi, kerap dibacakan di dalam upacara-upacara perkawinan dan barngkali dapat digunakan untuk mengungkapkan komitmen kepada anggota keluarga setiap saat.
Kitab 1 dan 2 Samuel
Kitab-kitab Pertama dan Kedua Samuel dinamakan dimikian karena diambil dari nama nabi Samuel, yang sepanjang hidupnya menjadi saksi berakhirnya periode Hakim-hakim dan dimulainya jaman kerajaan
Kitab-kitab 1 dan 2 Samuel bukan merupakan sejarah yang menjelaskan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian secara berkesinambungan melalui cara yang sistematis. Sejatinya kitab-kitab tersebut merupakan kumpulan dari kisah-kisah mengenai pelbagai macam episode dan beragam kepribadian. Kitab-kitab tersebut ditulis pertama-tama untuk menjelaskan teologi Ulangan (Deuteronomist). Dengan demikian, seyogianya kitab-kitab tersebut dikelompokkan sebagai sejarah keselamatan. Namun demikian, kitab-kitab tersebut memuat data-data sejarah yang dapat dipertanggung-jawabkan, misalnya peristiwa-peristiwa yang menggambarkan mulai berkuasanya raja Daud, saat sebuah lembaga pengadilan dibentuk dan catatan-catatan mengenai pelbagai hal penting disimpan.
Kitab-kitab tersebut diawali dengan kisah kelahiran Samuel. Oleh orang tuanya, Samuel dipersembahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan pemuda Samuel tinggal di komplek pemujaan di
Karena kedudukannya itu Samuel bertugas mengurapi raja pertama, Saul. Kerajaan ditandai dengan sejarah yang suram, muncul kelompok-kelompok baik yang mendukung maupun yang menentang monarki. Siapa pun yang membaca I Samuel secara menyeluruh akan menemukan bukti adanya kelompok-kelompok tersebut dan disana terbaca kisah-kisah yang berbau pertentangan atas diurapinya Saul (1 Sam 8-12).
Pada tahun-tahun awal pemerintahannnya, raja Saul cukup menggapai keberhasilan. Ia menjadi titk pusat kerjasama di antara suku-suku
Baca I Samuel 3, di
Sepeninggal Saul terbukan jalan bagi Daud yang diminta untuk menjadi raja bagi suku-suku keturunan Yehuda. Tetapi, suku-suku lainnya mengikuti Ishabal, putera Saul, dan selama tujuh tahun terjadi perang antara tentara Isahabal yang dipimpin oleh Abner dan pasukan Daud yang dikomandani oleh Joab. Setelah berseteru dengan Ishabal, Abner menyatakan kesetiaannya kepada Daud. Tetapi Abner dibunuh oleh Joab, dan Ishabal terbunuh.
Daud dengan cepat menaklukkan Yerusalem dan mengubahnya menjadi ibukota kerajaanya. Ia membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem, sehingga menjadikannya sebagai
Namun demikian karier Daud tidak tanpa serangkaian tragedi.
Generasi-generasi berikutnya jika melihat ke belakang, akan menganggap bahwa Daud adalah raja
Baca 2 Samuel 5 untuk memperoleh gambaran bagaimana Daud mulai menjadi seorang raja, penaklukannya atas Yerusalem, dan kemenangannya atas orang-orang Filistin. Baca 2 Samuel 11:1-12:15 yang mengisahkan secara dramatis bagaimana Daud jatuh ke dalam dosa dan kemudian bertobat. Baca 2 Samuel 18:1-17 untuk memperoleh gambaran rinci mengenai kematian Absolom di tangan prajurit-prajurit Daud.
1 dan 2 Raja-raja
Seperti 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-raja berasal dari banyak sumber. (Lihat 1 Raja-raja
Buku I Raja-raja dimulai dengan kisah rinci mengenai naiknya raja Salomo ke tampuk kekuasaan. Syukur karena rencana dari ibunya, Bathsheba, Salomo diangkat oleh raja Daud yang telah tua sebagai penggantinya. Setelah kematian Daud, Salomo bergerak cepat mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan menghukum mati musuh-musuh utamanya, termasuk kakaknya, Adonia, dan jenderal tua Yoab, dan Simei, seorang bekas musuh bebuyutan raja Daud (1 Raja-raja 1-2).
Salomo telah membuktikan diri menjadi penguasa tercerahkan selama bertahun-tahun. Ia mengorganisasikan kerajaan
Tetapi kekuasaan, kekayaan, dan kemasyhuran telah menjatuhkan banyak penguasa, begitu pula yang terjadi dengan Salomo. Ia berusaha memperkokoh kekuasaannya dengan melakukan aliansi perkawinan dengan bangsa-bangsa asing. Untuk menyenangkan istri-istri asingnya itu, Salomo membangun tempat pemujaan bagi dewa-dewa kafir. Karena ingin terus kaya, ia membebani pajak yang berlebihan kepada rakyatnya, khususnya suku-suku utara. Dalam upaya pencarian kemasyhuran sebagai seorang pembangun, ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai tenaga pembangun. Ketidak-senangan terhadap Salomo sebenarnya sudah lama terjadi, tetapi baru muncul ke permukaan ketika terjadi kerusuhan sipil. Ketika Salomo meninggal sekitar tahun 922 S.M. , ketegangan diperbatasan sudah mencapai tingkat yang membahayakan (1 Raja-raja 11).
Salomo digantikan oleh putranya, Rehoboam. Ketika suku-suku utara meminta keringanan atas pelbagai pungutan yang diterapkan pada masa Salomo, Rehoboam justru semakin menekan suku-suku utara tersebut. Karena semakin ditindas, suku-suku utara melepaskan diri dari Yehuda pada tahun 922 S.M dan menunjuk Jeroboam sebagai pemimpin mereka. Jeroboam dengan cepat membangun tempat-tempat ibadah di
Perpecahan ini kemudian menjadi epos keruntuhan bangsa Yahudi. Kedua kerajaan saling berperang dan kemudian keduanya diserang oleh bangsa-bangsa tetangganya. Pada tahun ke-5 Rehoboam berkuasa, Yerusalem diserang Mesir dan barang-barang berharga Bait Allah dirampas (1 Raja-raja
Beberapa seri kisah tentang nabi-nabi terdapat pada 1 Raja-raja 17.
Ahab memegang tampuk kekuasaan sebagai raja Israel dari tahun 870 S.M. – 850 S.M. Ia menikah dengan putri raja Sidon, Jezebel, dan mendirikan mezbah-mezbah untuk dewa Baal di Samaria, ibu kota Israel. Karena dosa berhala dan kejahatan-kejahatan lainnya seperti berlaku tidak adil dan rakus akan harta benda, ia detentang oleh Elia. Perseteruan itu mencapai puncaknya ketika diadakan sayombara antara Elia dan 850 nabi-nabi kafir pendukung Jezebel di gunung
Kisah-kisah nabi Elia dan nabi-nabi lainnya dalam 1 dan 2 Raja-raja nampaknya didasarkan atas peristiwa-peristiwa sejarah. Kendati demikian kisah-kisah tersebut bercampur dengan pelbagai legenda dan fabel untuk tujuan pengajaran agama : Allah memelihara orang-orang yang percaya dan setia (1 Raja-raja 17 dan 19); mereka yang menyembah dewa-dewa kafir akan mengalami kematian (1 Raja-raja 18); setia kepada Allah akan memperoleh berkat dan ketidak-setiaan akan mendapat hukuman (1 Raja-raja 20-22; 2 Raja-raja 1-8).
Baca 1 Raja-raja 3 yang berisi kebijaksanaan Salomo dan 1 Raja-raja 11 yang bercerita mengenai tahun-tahun terkahir masa kehidupan Salomo. Baca 1 Raja-raja 12 berisi kisah pemisahan
Tiga belas bab pertama dari 2 Raja-raja masih berkaitan dengan kisah-kisah dan legenda Elia dan Elisa serta beberapa persitiwa sejarah yang terjadi pada masa kehidupan mereka. Termasuk di dalamnya kerjasama antara kerajaan
Setelah kematian Elisa, beberapa tahun adalah masa kemunduran, kerusuhan sosial, peperangan yang melibatkan Israel, Yehuda, Aram (Syria), Edom, Moab, dan Amon. Kira-kira pada tahun 783 S.M. raja Amazia dari Yehuda dibunuh oleh lawan politiknya, dan anaknya yang berusia 15 tahun bernama Azaria (juga dikenal dengan Uzia) menggantikan Amazia. Cukup mengejutkan bahwa ternyata raja muda ini mampu memerintah. Selama pemerintahannya yang panjang, masa kejayaan tumbuh kembali di Yehuda, begitu pula yang terjadi di
Celakanya, ketidakadilan, keserakahan, dan tingkah-laku tak bermoral juga berkembang, khususnya di kerajaan utara. Nabi-nabi seperti Amos dan Hosea melancarkan kecaman terhadap orang-orang kaya dan berkuasa, bahkan menubuatkan kehancuran
Ketika Asyur menyerang
Putra Hizkia, Manasseh, yang berkuasa selama empat puluh
Empat raja Yehuda berikutnya terperangkap dalam peperangan antara Mesir dan
Pada tahun 600 S.M. kira-kira seperempat juta orang hidup di Yehuda. Banyak yang berhasil melarikan diri ketika terjadi invasi oleh tentara
Mereka yang dibuang ke
Baca 2 Raja-raja 2 mengenai legenda Elia dan Elisa. Tidak sebagaimana apa adanya, persitiwa yang terjadi merupakan hasil rekaman, namun hal tersebut dimaksudkan sebagai ajaran bagaimana harus menghormati nabi. Terutama kisah mengenai anak-anak dan beruang yang barangkali dalam hal ini tidak sesuai dengan perasaan modern kita. Tetapi ini hanyalah cerita yang biasanya didongengkan oleh seorang kakek kepada anak-anak nakal yang kurang ajar kepada orang tua. Kita bisa mendengarkan ancaman sang kakek : “Kamu jangan bicara seperti itu. Lihat apa yang terjadi pada beberapa anak nakal yang memanggil nabi Elisa kepala botak.” Baca 2 Raja-raja 25 berkisah tentang runtuhnya Yerusalem.
Pembaca modern dapat belajar banyak lebih dari sekadar fakta-fakta sejarah dari kitab-kitab Samuel dan Raja-raja. Sepanjang karir Samuel, Saul, Daud, dan para penerusnya, kita menyaksikan bagaimana ketidak-taatan kepada Allah berakibat kesengsaraan. Kita menyaksikan bahwa kekuasaan yang disalah-gunakan akan menghancurkan masyarakat dan orang per orang. Kita juga diingatkan bahwa keinginan-keinginan yang tanpa batas bisa menghancurkan keluarga dan kehidupan itu sendiri. Dengan mengikuti pelajaran-pelajaran ini, kita bisa menghindar dari nasib buruk dan penderitaan.
Pertanyaan untuk Diskusi dan Renungan
Teologi Deuteronomi (Ulangan) mengatakan bahwa kebaikan mendapat pahala dan kejahatan memperoleh hukuman. Sejauh mana teologi ini benar? Dalam hal apa teologi ini kurang lengkap? Jika benar bahwa penderitaan datang ke dunia pasti sebagai akibat dari dosa, apakah juga benar bahwa penderitaan dari seorang pribadi tertentu pasti sebagai hasil dari dosa pribadi? Teologi Deuteronomi (Ulangan) dan ajaran para nabi menyalahkan pelbagai malapetaka dan kesengsaraan di
Aktivitas
Bandingkan tahun-tahun awal
No comments:
Post a Comment