Sunday, October 08, 2006

Bab Dua : Para Penulis Kitab Suci : Allah dan Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, kita dikelilingi bukan saja oleh hal-hal yang kasat mata tetapi juga oleh hal-hal yang tidak kasat mata seperti suara-suara yang masuk ke telinga kita : teater dan simfoni, permainan sepak bola dan berita-berita, talk shows dan musik pop, misalnya. Dipancarkan dari stasiun-stasiun televisi, hal-hal yang kasat mata serta suara-suara itu menjadi sesuatu yang terlihat nyata di mata dan nyaman di telinga begitu kita menyalakan pesawat televisi.

Namun, di sekeliling kita terdapat pula hal-hal yang kasat mata dan suara-suara yang agak “berbeda,” seperti : pesan-pesan cinta dan kebenaran, gambaran keagungan dan keindahan. Hal-hal yang kasat mata serta suara-suara ini akan menjadi lebih jelas dan lebih indah terdengar ketika kita memalingkan hati dan pikiran kita kepada Allah.

Kita mengetahui bahwa hal-hal yang bersifat kasat mata dan suara-suara yang dapat didengar oleh telinga itu awalnya ditangkap dan direkam oleh kamera televisi, lalu dipancar-siarkan melalui studio, dan pada gilirannya kemudian diterima melalui pesawat televisi di rumah kita. Barangkali kita tidak begitu jelas memahami bagaimana Tuhan mengirimkan pesan-pesan-Nya kepada kita atau bagaimana kita menerima pesan-pesan itu. Tetapi melalui tradisi-tradisi yang ada pada orang-orang Yahudi dan Kristen, kita belajar bahwa Allah berkomunikasi dengan kita melalui keindahan alam, melalui peristiwa-peristiwa di dalam hidup kita, dan juga melalui pengalaman-pengalaman doa kita. Kita juga belajar bahwa kita mendengarkan Allah melalui penyelarasan perasaan, intelektualitas, ingatan dan kehendak hati, imajinasi dan emosi-emosi kita akan realitas kehadiran, tindakan, dan komunikasi Allah.

Kualitas gambar dan suara yang kita terima melalui pesawat tv bergantung pada banyak hal. Cuaca atau alat-alat listrik di rumah kita, antena yang berkarat atau pesawat tv yang sudah tua dapat mengganggu kualitas gambar di layar dan suara di speaker pesawat tv. Begitu pula kualitas gambar dan pesan yang kita terima dari Allah dapat terhalang oleh pelbagai macam faktor. Pikiran-pikiran kita dapat terbutakan oleh dosa. Pesan-pesan yang menyesatkan yang menolak keberadaan Allah dapat mendistorsi hati kita. Perasaaan dan intelektualitas, ingatan dan keinginan, imajinasi dan emosi-emosi kita mungkin begitu terbebani dengan keinginan mengejar hal-hal duaniawi sehingga hampir mustahil memberikan perhatian kita secara langsung kepada Allah.

Inspirasi Alkitabiah

Dewasa ini berkat kemajuan teknologi telah memungkinkan bagi kita untuk mengatasi pelbagai hambatan sehingga penerimaan siaran televisi menjadi semakin baik. Sinyal-sinyal selain dipancarkan melalui antena kenvensional kini juga dipancarkan melalui satelit. TV Kabel memungkinkan penerimanya mengakses langsung dari sumbernya. Film-film kini direkam dalam format VCD atau DVD dan dapat diputar ulang melalui player dengan ketajaman gambar dan kejernihan suara yang luar biasa.

Teknologi tidak dapat menghilangkan hambatan-hambatan yang menjadi penghalang hubungan Allah dengan kita, tetapi “inspirasi” yang berasal dari Allah mampu mengatasi penghalang-penghalang tersebut. Dalam sejarah Yahudi dan Kristen kita mengenal orang-orang yang mencari Allah dengan begitu intens sehingga pada akhirnya mereka bisa “melihat wajah Allah” dan mampu “mendengar suara Tuhan.” Dengan kata lain, mereka mendapat inspirasi Allah.

Pengalaman mereka akan Allah melalui alam, orang, peristiwa, dan doa barangkali tidak jauh berbeda dengan apa yang kita alami pada saat kita menemukan Allah. Pada beberapa kasus, mereka mendapat inspirasi Allah melalui pekerjaan penelitian “ilmiah” tanpa menyadari bahwa Allah telah bekerja melalui mereka (2 Mak 2:19-32 dan Luk 1: 1-4). Pada kejadian lain, mereka menerima inspirasi Allah melalui pengungkapan yang sangat dramatis seperti penampakan-penampakan yang dialami nabi Yesaya (Yes 6).

Apakah mereka memperoleh inspirasi melalui proses-proses alami atau melalui peristiwa-peristiwa mukjijat, yang jelas mereka tetap menyampaikan pengalaman-pengalaman itu kepada yang lainnya. Kadangkala, komunitas Yahudi maupun Kristiani menganggap persepsi-persepsi mereka akan Allah sebagai otentik, lantas mencatat persepsi-persepsi tersebut, dan kemudian memeliharanya sebagai sesuatu yang sakral. Dari masa ke masa di bawah bimbingan Allah, komunitas itu mengumpulkan tulisan-tulisan sakral itu menjadi sebuah buku yang menyatakan iman mereka dan membantu membentuk iman generasi-generasi mendatang.

Mengingat Kitab Suci berasal dari penulis-penulis yang mendapat inspirasi melalui komunitas, maka persepsi-persepsi akan Allah yang terdapat dalam Kitab Suci berbeda dari persepsi-persepsi yang bukan berasal dari Kitab Suci. Persepsi-persepsi akan Allah di dalam Kitab Suci memiliki kedudukan khusus karena persepsi-persepsi itu dipahami oleh komunitas, yakni Gereja, sebagai inspirasi Allah.

Kitab Suci Dewasa ini

Mengingat Allah memberi inspirasi kepada penulis-penulis Kitab Suci melalui cara sedemikian rupa sehingga inspirasi itu diakui oleh Gereja, maka Kitab Suci itu sendiri yang berbicara kepada kita dewasa ini. Kita mampu dan menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa berkomunikasi dengan Allah melalui doa-doa pribadi. Namun kita tetap harus berjuang dan berusaha. Sebagaimana pesawat tv yang sangat bergantung pada antena yang lokasinya jauh dari stasiun pemancar, kita kerap menerima gambar dan suara yang kurang baik kualitasnya serta pesan-pesan yang kerap dibalut oleh dosa-dosa. Kitab Suci bisa kita ibaratkan dengan sebuah alat perekam VCD/DVD di mana kita bisa menyandarkan seluruh kesadaran dan visi-visi serta pesan yang kita terima tanpa salah dari Allah.

Melalui Kitab Suci gambaran-gambaran tentang Allah diwariskan kepada kita oleh Abraham, Musa, dan komunitas Yahudi. Melalui Kitab Suci gambaran-gambaran mengenai Allah disampaikan oleh Lukas, Paulus, serta komunitas Kristen Perdana. Melalui seluruh kitab di dalam Kitab Suci, gagasan-gagasan kita mengenai Allah diklarifikasi dan kemampuan kita berbicara dengan Allah ditingkatkan mutunya. Kitab Suci menempatkan hubungan kita dengan Allah dengan cara yang istimewa dan penuh daya!

Latar Belakang Sejarah Kitab Suci – “SM.”

Penyusunan Kitab Suci sejalan dengan sejarah manusia. Siapa pun yang ingin mengenal secara mendalam Kitab Suci mau tak mau ia harus juga memahami sejarah komunitas Yahudi dan Kristen Perdana yang melahirkan Kitab Suci itu. Kita akan mempelajari sejarah tersebut pada bab-bab berikutnya. Pada Bab Dua ini kita akan melihat secara sekilas peristiwa-peristiwa penting sebagai kerangka untuk mempelajari sejarah itu lebih lanjut.

Peristiwa penting itu bermula dari seorang yang bernama Abram, berasal dari Ur, sebuah kota kuno di wilayah utara Teluk Persia. Kira-kira pada tahun 1900 S.M. keluarga Abram pindah ke Haran, sebuah kota di wilayah perbatasan Turki-Suriah modern. (Catatan : Tahun-tahun yang merujuk kepada Perjanjian Lama kebanyakan adalah perkiraan). Di kota Haran inilah Abram menerima panggilan Allah untuk pindah ke wilayah Kanaan (wilayah yang dari masa ke masa dinamakan Tanah Terjanji, Israel, Yudea, Palestina, dan Tanah Suci). Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram, merubah namanya menjadi Abraham dan berjanji bahwa ia dan istrinya Sarah (perubahan dari Sirai), akan melahirkan seorang anak laki-laki, yang merupakan awal dari garis keturunannya yang panjang. Anak laki-laki itu adalah Ishak, ayah dari Yakob yang kemudian mempunyai 12 anak. Kira-kira tahun 1720 S.M. Yakob dan keluarganya berpindah ke Mesir, di mana keturunannya, orang-orang Ibrani, menjadi budak di sana.

Tahun 1250 S.M. seorang Ibrani bernama Musa mendengar suara Allah yang menyuruhnya menjadi pemimpin orang-orang sebangsanya (dikenal juga dengan sebutan Israel dan Yahudi) untuk membebaskan diri dari perbudakan di Mesir menuju Kanaan, Tanah Terjanji. Musa menerima tugas itu dan membawa orang-orang Ibrani melakukan perjalanan yang penuh resiko ke luar dari Mesir. Di gunung Sinai ia merima suatu tanda baru yakni “Sepuluh Perintah Allah,” kemudian ia memimpin umat Israel mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun. Musa meninggal sebelum memasuki Tanah Terjanji, dan panglima perangnya, Yoshua, membawa orang-orang Yahudi memasuki Kanaan. Setelah itu masa-masa penaklukan pun dimulai, dengan dua-belas suku (pembagian suku bangsa Israel berdasarkan anak-anak Yakob) bangsa menetap di pelbagai tempat di Kanaan. Orang-orang Israel itu lalu berperang dengan penduduk asli (Filistin dan lainnya) melalui pertempuran yang lama dan masa ini dikenal dengan jaman Hakim-Hakim.

Kira-kira tahun 1020 S.M. Saul, seorang pemimpin yang memiliki kharisma, mulai mempersatukan suku-suku Israel dan kemudian ia diangkat menjadi raja. Ia kemudian menjadi tidak waras dan mati terbunuh di dalam peperangan. Ia kemudian digantikan oleh seorang serdadu muda bernama Daud. Pada tahun 1000 S.M. Daud mempersatukan kembali suku-suku bangsa Israel, kemudian menetapkan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan. Daudlah yang membuat Israel menjadi sebuah kekuatan yang disegani di Timur Tengah. Pada tahun 961 S.M. putranya, Salomo, menggantikannya sebagai raja dan membangun Bait Allah yang megah di Yerusalem. Kendati demikian menjelang masa akhir pemerintahannya ia jatuh ke dalam penyembahan berhala serta membebani rakyatnya dengan pajak yang tinggi dan memaksa rakyatnya menjadi pekerja-pekerja dengan upah minim. Anaknya, Rehoboam, yang menggantikannya sebagai raja meneruskan kebijaksanaan ayahnya. Dan pada tahun 1922 S.M. perang sipil pecah sehingga kerajaan terbelah dua : Israel di wilayah utara dengan ibukota Samaria dan Yehuda di wilayah selatan dengan ibukota Yerusalem (beberapa ilmuwan memperkirakan perpecahan ini terjadi pada tahun 927 S.M. atau 931 S.M.).

Setelah pecah kedua kerajaan bukannya bertambah baik kondisinya tetapi justru sebaliknya : tidak ada kepemimpinan yang kuat dan rakyatnya jatuh ke dalam dosa karena berpaling dari Allah. Pada tahun 721 S.M. bangsa Asyur (kini bagian Iraq modern) menyerang Israel; para pemimpin pemerintahan dibantai atau diasingkan. Orang-orang asing dibawa masuk Israel dan berasimilasi dengan orang-orang Israel yang tidak ikut terbuang, dari hasil asimilasi ini terbentuklah bangsa baru yang dinamakan Samaria. Tahun 587 S.M. kerajaan Yehuda ditaklukkan oleh kerajaan Babel (juga bagian dari Iraq modern). Yerusalem dijarah dan diporak-porandakan, tembok yang mengelilinginya dirobohkan, dan Bait Allah dihancurkan. Dan orang-orang Yehuda yang selamat diasingkan ke Babel.

Beberapa dekade kemudian, Cyrus raja Persia mengalahkan Babel. Tahun 539 S.M. ia mengijinkan orang-orang Israel kembali ke nagaranya. Dan mereka mendapati Yerusalem yang hancur berantakan. Kendati mendapat gangguan dari negara-negara sekitar orang-orang Israel berhasil membangun Bait Allah yang baru dan berhasil mendirikan kembali tembok kota pada tahun 445 S.M. Tetapi keinginan meraih kembali masa kejayaan jaman raja Daud tinggal impian.

Pada tahun 332 S.M., Alexander Agung mengambil alih pemerintahan. Setelah kematiannya, bangsa Mesir dan Asyur silih berganti menaklukkan bangsa Yahudi, dan tahun 167 S.M orang-orang Asyur membantai orang-orang Yahudi dengan kejam. Namun demikian orang-orang Asyur mendapat perlawanan keras dari sebuah keluarga Yahudi yang pemberani bernama Makabe, yang berhasil merebut kemerdekaan pada tahun 142 S.M. Masa meredeka in tidak berlangsung lama, karena pada tahun 63 S.M orang-orang Roma menaklukkan Yerusalem dan menetapkan Palestina (gabungan Idumea, Yehuda, Samaria, dan Galilea) sebagai negara boneka. Tahun 37 S.M. Herodes Agung diangkat oleh orang-orang Roma sebagai raja : kejam tetapi ia berusaha membangun negara tanpa kenal lelah. Pemerintahannya berakhir pada tahun 4 S.M. Kira-kira dua tahun menjelang habis masa pemerintahannya, Yesus Kristus lahir. (Para ahli yang pada awalnya menetapkan tahun kelahiran Yesus meleset 6 atau 7 tahun).

Latar Belakang Sejarah Kitab Suci – “M.”

Yesus dibesarkan di kota bernama Nasaret, kira-kira seratus kilometer utara Yerusalem. Ia belajar berdagang dari ayah angkatnya, Yusuf, seorang tukang kayu. Kira-kira pada umur tiga puluh tahun, Yesus mulai mengkotbahkan sebuah pesan yang menarik hati banyak orang Israel yaitu : Kerajaan Allah telah datang ke dunia dan pengharapan orang-orang yang percaya akan terpenuhi melalui Yesus. Ia mempertunjukkan kekuatan-kekuatan yang menakjubkan melalui mukjizt-mukjizat penyembuhan. Ia mengumpulkan sekelompok orang berjumlah dua belas murid yang menjadi “pembantu khsus”-Nya. Banyak yang telah mendengar ajaran dan menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus berharap bahwa Yesus akan mengalahkan orang-orang Romawi dan membangun negeri mereka sehingga menjadi satu kekuatan dunia sebagaimana masa kejayaan Raja Daud.

Tetapi, popularitas Yesus dianggap membahayakan orang-orang Saduki dan Herodian, kelas masyarakat yang berkuasa di antara orang-orang Yahudi pada waktu itu. Mereka lalu bekerjasama dengan orang-orang Romawi, karena mereka khawatir pengikut Yesus yang jumlahnya besar itu akan melancarkan suatu pemberontakan. Kelas masyarakat lain yang juga penting di Palestina, Farisi, tersinggung ketika Yesus mengkritisi ketaatan mereka atas anggapan bahwa manusia akan diselamatkan hanya dengan me­lak­sa­na­kan ribuan peraturan secara rinci yang diwariskan kepada mereka. Kemudian, orang-orang Saduki, Herodian, dan Farisi berkomplot melawan Yesus. Dengan bantuan Yudas Iskariot, satu dari antara ke-12 murid, Yesus ditangkap, diajukan ke pengadilan tinggi -- Sanhedrin -- yang tidak jujur dan dijatuhi hukuman mati. Karena pemuka-pemuka Yahudi tidak mau dipersalahkan atas kematian Yesus, mereka menginginkan Yesus dihukum salib, jenis hukuman mati ala Romawi, dan yang menjatuhi hukuman itu adalah Ponsius Pilatus, Gubernur Roma. Yesus disalibkan pada hari Jum’at siang di antara dua orang kriminal di suatu tempat bernama Golgota, di luar tembok Yerusalem. Ia wafat setelah menderita sengsara selama beberapa jam. Dan seorang serdadu Roma menikam lambung Yesus guna memastikan bahwa Ia benar-benar telah meninggal. Setelah itu, Yesus dikuburkan dan makam Yesus ditutup dengan sebuah batu besar. Serdadu-serdadu diperintahkan untuk menjaga makam itu. Musuh-musuh Yesus beranggapan bahwa mereka telah mengalahkanNya untuk selama-lamanya.

Tetapi pada Minggu pagi, kuburan diketemukan dalam keadaan terbuka dan kosong. Tidak ada seorang pun mengetahui apa yang terjadi sampai ketika Yesus menampakkan diri di hadapan murid-murid-Nya dengan penuh kemuliaan. Ia tidak lagi dibatasi oleh dimensi waktu dan ruang. Selama kurun waktu empat puluh hari, Yesus kerap menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dan juga kepada beberapa orang lainnya. Ia mengingatkan kembali murid-murid-Nya bahwa tentang kematian dan kebangkitan-Nya yang telah diramalkanNya sebelumnya sebagai jalan Allah mengalahkan maut dan membawa umat manusia kepada kehidupan kekal. Ia memerintahkan kepada murid-muridNya untuk mengajarkan “Kabar Gembira penyelamatan” ini ke seluruh dunia, ajar mereka bahwa mereka adalah tanda kehadiranNya yang berkelanjutan di muka bumi. Setelah berkata demikian Ia terangkat ke surga. Sepuluh hari kemudian murid-murid Yesus disentuh oleh kekuatan Roh Allah. Dipimpin oleh Petrus, orang pertama di antara murid-murid, mereka mulai mengajar kepada ribuan orang bahwa Yesus yang bangkit adalah Mesias yang diharapkan kedatangannya oleh orang-orang Yahudi. Mereka mengajak para pendengarnya untuk beriman kepada Yesus dan bersatu dengan Yesus melalui pembabtisan.

Jumlah orang yang percaya kepada Yesus bertambah menjadi ribuan banyaknya, tetapi tentangan dari pemuka-pemuka Yahudi juga semakin menguat. Pada tahun 36, enam tahun setelah Yesus bangkit, penganiayaan terhadap pengikut-pengikut Yesus marak di mana-mana, dimotori oleh seorang Farisi bernama Saulus. Ia menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Stefanus, seorang pemimpin gereja. Dan Saulus memasukkan banyak pengikut Kristus ke dalam penjara.

Lalu terjadilah peristiwa yang sangat dramatis dan tak terduga. Saulus mengalami penampakan Yesus Kristus yang bangkit dan mulai memproklamirkan bahwa Yesus adalah Mesias. Orang-orang percaya lainnya yang dipaksa ke luar Yerusalem oleh pemuka-pemuka Yahudi, mulai mengajarkan Kabar Gembira penyelamatan ini kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi. Kendati dibawah ancaman penganiayaan, para pengikut Kristus – yang belakangan disebut orang-orang Kristen --, terus mengajarkan Kabar Gembira ini. Orang-orang yang percaya terus bertumbuh dan saling mengasihi satu sama lain. Perlahan-lahan mereka menanggalkan hubungan mereka dengan ke-Yahudi-an, karena penganiayaan dan karena banyak orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai Mesias.

Kekristenan segera menyebar melalui wilayah-wilayah yang sudah beradab. Saulus, yang berganti nama menjadi Paulus dan misionaris-misionaris lainnya mewartakan ajaran Yesus di wilayah Asia Kecil, Eropa, Afrika, dan Asia. Tugas pewartaan ini dipermudah oleh jalur-jalur yang sudah dibuat lebih dahulu oleh orang-orang Romawi dan sikap orang-orang Romawi yang cinta damai. Tetapi di kemudian hari justru kekaisaran Roma menjadi musuh para pengikut Kristus. Nero, penguasa Roma saat itu (kira-kira pada pertenghanan tahun 60-an) mulai menganiaya orang-orang Kristen. Dan menurut tradisi, Petrus dan Paulus menjadi martir di Roma. Secara akal sehat, Kekaisaran Romawi seharusnya sudah menghancurkan orang-orang Kristen dengan penganiayaan yang begitu hebat, namun demikian Kekristenan justru bertumbuh subur.

Roma mengambil peran penting dalam perkembangan Kekristenan selanjutnya. Setelah Herodes Agripa mati pada tahun 44, pemberontak-pemberontak yang disebut orang-orang Zelot, mulai melancarkan “perang suci” melawan pendudukan Roma. Dan pada tahun 66 perang itu meletus menjadi sebuah revolusi besar. Dan pada tahun 70 orang-orang Romawi menghancurkan Yerusalem, membantai penduduknya, dan menjadikan kota itu seperti puing-puing. Bait Allah tidak ada lagi, dan Kekristenan semakin jauh terpisahkan dari akar ke-Yahudi-annya. Orang-orang Kristen segera mambangun identitasnya sendiri sebagai sebuah Gereja. Pola struktur Gereja kemudian ditetapkan. Gereja-gereja lokal dipimpin oleh seorang Uskup yang dibantu oleh imam-imam dan para diakon. Uskup-uskup yang menggantikan Petrus sebagai Uskup Roma, memiliki otoritas yang sama sebagaimana yang telah diberikan oleh Yesus sendiri; mereka adalah yang utama di antara para uskup sebagaimana Petrus yang utama di antara murid-murid Yesus (para rasul).

Masa-masa penganiayaan oleh orang-orang Roma terus berlanjut, tetapi gereja juga terus berkembang. Pada tahun 100 para pengikut Kristus berkisar antara 300.000 – 500.000. Dan pada tahun 313, ketika jumlah orang-orang Kristen menjadi beberapa juta, Kaisar Roma, Constantine, mengeluarkan Deklarasi Milano, mememberikan semacam “toleransi” agama kepada Gereja. Kekristenan kemudian menjadi Gereja Katolik (gereja universal), seperti yang dikehendaki oleh Kristus sendiri.

Penyusunan Perjanjian Lama

Orang-orang Yahudi memandang Abraham sebagai “bapa orang-orang beriman” dan Musa sebagai pemimpin yang membawa mereka dari perbudakan menuju kepada kebebasan. Pemberian penghormatan istimewa kepada Abraham dan Musa ini karena kitab-kitab suci orang Yahudi (Perjanjian Lama) merujuk kepada kedua orang ini. Baik keturunan Abraham maupun Musa mewariskan kisah-kisah kepahlawanan serta ajaran-ajaran kedua “orang besar” ini dari generasi ke generasi. Dan mereka juga mengaitkan latar belakang tradisi-tradisi iman mereka dengan mazmur dan cerita kepahlawanan, puisi dan perumpamaan, legenda dan hukum.

Tetapi kisah-kisah, tradisi-tradisi, dan iman mereka belum menemukan bentuknya sampai kira-kira 100 tahun sesudah Kebangkitan Kristus. Ada banyak teori mengenai hal ini. Salah satu teori (yang selalu diperbarui dari tahun ke tahun) berpegang pada pendirian bahwa Perjanjian Lama dikembangkan dari bermacama-macam sumber. Salah satu kumpulan tradisi-tradisi awal itu dicatat semasa Daud dan Salomo memegang tampuk kekuasaan. Tradisi-tradisi itu, termasuk beberapa cerita yang sangat terkenal dan disukai dalam Kitab Suci, memakai “Yahweh” sebagai penyebutan bagi Allah. Dan tradisi-tradisi ini kemudian dikenal dengan sebutan Yahwist. Setelah perang saudara tahun 922 S.M., kumpulan tradisi-tradisi lainnya yang menggunakan “Elohim” untuk menyebut nama Allah dikenal sebagai tradisi Elohist, ditulis di wilayah kerajaan Utara (Israel). Ketika kerajaan utara (Israel) dihancurkan oleh orang-orang Asyur pada tahun 721 S.M., dokumen-dokumen yang mencatat tradisi-tradisi ini dibawa ke wilayah selatan dan digabungkan dengan tradisi Yahwist. Pada masa inilah hukum-hukum di wilayah utara dan selatan dikodifikasi dalam suatu dokumen yang kemudian dikenal dengan tradisi Deuteronomist (“Hukum Kedua”), yang diindonesiakan menjadi “Kitab Ulangan” (Perjanjian Lama). Setelah kerajaan selatan (Yehuda) jatuh ke tangan orang-orang Babel, para pemimpin Israel mulai memusatkan perhatian mereka pada kehidupan spiritual sebagai identitas mereka, yakni sebagai anak-anak Allah. Mereka mencatat tradisi-tradisi yang dikenal sebagai tradisi para Imam (Priestly), sebagai dokumen ke-4. Akhirnya, seorang penyunting atau kelompok penyunting menggabungkan ke-4 tradisi tersebut menjadi bentuk pertama dari lima kitab dari Kitab Suci, yang dikenal dengan Pentateuch (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan). Oleh orang Yahudi ke-5 kitab ini disebut Taurat atau Hukum Musa, dan mereka sangat mencintai Kitab Taurat ini.

Selama masa periode penyusunan Pentateuch, kitab-kitab lain juga ditulis. Tradisi Deuteronomist memproduksi kitab-kitab sbb : Yosua, Hakim-Hakim, 1 dan 2 Samuel, dan 1 dan 2 Raja-Raja, yang meletakkan interpretasi teologi atas peristiwa-persitiwa dalam sejarah Israel dari Keluaran sampai kepada jatuhnya Yerusalem. Para Pengkotbah Ulung dan pemimpin spiritual yang dikenal dengan para nabi, mengajak umat Israel dan Yehuda untuk patuh terhadap perjanjian yang dibuat oleh para pendahulunya dengan Allah. Kotabah-kotbah dan rincian kehidupan para nabi dicatat dalam kitab-kitab para nabi dalam Perjanjian Lama.

Dengan dibangunnya kembali Bait Allah kehidupan religius di seputar tempat suci itu tumbuh kembali. Selama beberapa abad lagu-lagu yang digunakan untuk peribadatan di Bait Allah dikumpulkan bersama dengan puisi-puisi religius dan pedoman hidup, kemudian disusun menjadi Kitab Mazmur beberapa abad sebelum Kristus lahir. Dari abad 10 – 5 S.M, bentuk-bentuk karya tulis lainnya disusun seperti (a). kumpulan Kitab Kebijaksanaan; (b). Kitab Rut yang berisi kisah-kisah religius yang dimaksudkan untuk mengajarkan hal-hal yang bersifat keagamaan; (c) juga Kitab Ayub yang berisikan refleksi problema kehidupan.

Pada abad ke-4 S.M, upaya-upaya untuk melihat kehadiran Allah dalam peristiwa-peristiwa sejarah menemukan ekspresinya dalam pelbagai tulisan pada Kitab-Kitab Tawarikh (Tawarikh 1 dan 2, Ezra, dan Nehemia). Sebagai bangsa yang sadar akan serangan negara-negara di sekitarnya seperti Yunani, Mesir, dan Asyur, para penulis menyusun cerita yang berkaitan dengan peperangan itu seperti Tobit, Yudit, dan Ester, yang mengajarkan tentang hakikat kesetiaan, penghormatan, keberanian, dan kepercayaan kepada Tuhan. Pengalaman-pengalaman yang behubungan dengan penderitaan akibat peperangan menggugah para pemuka Israel untuk menuangkan pemaknaan hidup dalam tulisan-tulisan seperti Kitab Pengkotbah dan Kitab Sirah. Penganiayaan yang dilakukan orang-orang Asyur dan pemberontakan Makabe menjadi fokus tulisan-tulisan dalam Kitab 1 dan 2 Makabe, yang disusun kira-kira pada tahun 100 S.M.

Ada pula karya sastra yang agak lain jenisnya – berbicara tentang akhir jaman -- yang dikembangkan pada masa penganiayaan oleh orang-orang Asyur. Karya sastra ini menggunakan penglihatan-penglihatan dalam mimpi, kode-kode angka, dan simbol-simbol yang bisa kita temui dalam Kitab Daniel (Bab 7-12). Tulisan-tulisan ini dimaksudkan mendorong orang-orang Israel yang sedang dianiaya agar tetap tabah. Akhirnya, kira-kira dipertengahan abad pertama sebelum Yesus lahir, seorang Yahudi yang memahami cara berpikir orang-orang Yunani dan mengenal adat istiadat Yahudi menulis Kebijaksanaan Salomo sebagai pernyataan akan kehadiran Allah di dunia ini, memaklumkan tentang jiwa manusia yang tidak bisa mati, dan mengajarkan bahwa pada akhir jaman Allah akan menyelamatkan orang-orang baik dan menghukum orang-orang jahat.

Kapan tepatnya seluruh kitab-kitab yang telah kita bahas di muka, menemukan bentuknya menjadi Perjanjian Lama seperti yang kita kenal dewasa ini? Pada waktu orang-orang Israel kembali dari pembuangan Babel tulisan-tulisan suci itu dikompilasi dan diwartakan kepada orang-orang Yahudi pada kesempatan-kesempatan tertentu. Misalnya, dalam Kitab Nehemia digambarkan bagaimana Ezra, seorang ahli kitab, membacakan Kitab Taurat Musa itu kepada khalayak di Yerusalem, kemungkinan besar yang dibacakan itu adalah bagian dari Kitab-kitab Pentateukh (Neh 8). Penyebutan “Kitab Suci” (1 Mak 12:9) dan “hukum Taurat dan para Nabi” (2 Mak 15:9) terjadi seratus tahun atau lebih sebelum Kristus.

Pada masa itu nampaknya ada dua kumpulan kitab suci yang umum dipergunakan. Pertama, dalam bahasa Ibrani, yang dipergunakan orang-orang Israel di Palestina. Kedua, dalam bahasa Yunani, yang disebut juga Septuagint (dari kata-kata Yunani yang berarti tujuh puluh, yang mengikuti tradisi bahwa kitab-kitab itu dikerjakan oleh 70 penterjemah) atau Alexandria (salah satu kota di Mesir) tempat Kitab Suci itu berasal. Versi Septuagint atau Alexandria ini meliputi beberapa kitab yang ditulis dalam Yunani dan Aram (bahasa percakapan orang Yahudi semasa Yesus hidup) juga yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani. Alhasil, kitab suci ini jauh lebih tebal ketimbang yang dipergunakan orang-orang Israel di Palestina. Kumpulan Kitab Palestina dan Alexandria ini diakui oleh pelbagai komunitas Yahudi. Tetapi karena bahasa Yunani kemudian menjadi bahasa yang umum dipergunakan di wilayah Mediterania (Timur Tengah sekarang), maka Kitab Suci versi Alexandria ini penyebarannya lebih luas. Baik versi Alexandria maupun Palestina secara definitif belum menemukan bentuknya hingga sesudah jaman Yesus Kristus. Kitab Suci versi Alexandria diterima oleh orang-orang Kristen sebagai Perjanjian Lama. Versi Palestina kemudian ditetapkan sebagai Kitab Suci “Resmi” orang-orang Yahudi oleh satu kelompok ilmuwan Yahudi sebagai reaksi atas ditetapkannya versi Alexandria sebagai Kitab Suci orang-orang Kristen.

Penyusunan Perjanjian Baru dan Kitab Suci Kristiani

Setelah Kristus Bangkit, para misionaris menyebarkan Kabar Gembira yang diajarkan Yesus Kristus ke pelbagai wilayah. Dalam perjalanan waktu orang-orang Kristen merasa bahwa ajaran-ajaran Yesus perlu dilestarikan dalam bentuk tulisan. Kemudian kumpulan tulisan-tulisan yang berisi ajaran Yesus mulai muncul. Pada tahun 51 atau 52 Rasul Paulus mulai menulis surat untuk kota-kota yang telah menerima ajaran-ajarannya. Dan surat-surat ini kemudian dipelihara dan di-sharing-kan. Pada tahap selanjutnya surat-surat ini dikenal sebagai surat yang mempunyai otoritas. Pada tahun 65 atau 70 Injil Markus ditulis. Injil-injil dan tulisan-tulisan lain menyusul. Beberapa dari tulisan-tulisan tersebut diterima oleh Gereja sebagai tulisan yang diinspirasi Allah, sedangkan yang lainnya ditolak. Pada tahun 125 seluruh 76 kitab yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Baru selesai ditulis. Dan sekitar tahun 250-an kitab-kitab itu dikompilasi ke dalam suatu daftar (kanon) dan mereka dinyatakan sebagai diinspirasi Allah.

Dalam masa itu pula, kitab-kitab suci orang Yahudi dievaluasi oleh orang-orang Kristen. Karena seluruh Perjanjian Baru ditulis dalam Yunani yang diperuntukkan bagi orang-orang Kristen Yahudi yang berbahasa Yunani dan orang-orang yang bukan Yahudi, maka penulis-penulis Perjanjian Baru menggunakan Perjanjian Lama versi Alexandria (Septuagint) sebagai nara sumber. Penulis-penulis Perjanjian Baru kerap mengutip dari Perjanjian Lama versi Alexandria (Septuagint) dan kerap kali merujuk pada kitab-kitab yang hanya terdapat pada versi ini. Konsili Gereja pada tahun 382 di Roma, tahun 393 di Hippo, dan tahun 397 di Cartagena menggunakan daftar Kitab Suci Kristiani berdasarkan versi Alexandria. Gereja Perdana menerima Kitab Suci sebagaimana Gereja Katolik menerimanya dewasa ini (dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru dan empat puluh enam kitab Perjanjian Lama; K-120)

Terdapat sedikit ketegangan pada abad 16, ketika Martin Luther dan kelompok Protestan lainnya menolak versi Alexandria (Kristiani) dan lebih memilih versi Palestina (Yahudi). Luther juga meragukan inspirasi Allah pada 4 kitab Perjanjian Baru : Ibrani, Yakobus, Yudit, dan Wahyu; tetapi para pengikutnya mempertahankan daftar tradisional yang sudah dipergunakan orang-orang Kristen sejak awal. Pada tahun 1546 Konsili Trente menetapkan versi Alexandria (Perjanjian Lama) sebagai versi resmi yang dipergunakan oleh Gereja Katolik dan menegaskan kembali daftar tradisional kitab-kitab Perjanjian Baru. Alhasil, kendati Gereja Katolik dan Protestan sama-sama mempergunakan Perjanjian Baru yang terdiri atas dua puluh tujuh kitab, tetapi dalam hal kitab-kitab Perjanjian Lama versi Katolik memiliki 7 kitab lebih banyak dibandingkan dengan versi Protestan, yaitu : Tobit, Yudit, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, dan Barukh (ditambah dengan Tambahan pada kitab-kitab Ester dan Daniel). Kitab-kitab ini dalam versi Protestan ditempatkan sebagai aprokripa (kitab-kitab yang tersembunyi).

Bahasa-bahasa Kitab Suci

Sebagian besar Perjanjian Lama ditulis dalam Ibrani. Kitab Tobit dan sebagian dari Kitab Daniel, Ezra, dan Ester ditulis dalam Aram. Kitab Kebijaksanaan Salomo dan 2 Makabe ditulis dalam Yunani, sebagaimana halnya seluruh kitab Perjanjian Baru. Terimakasih patut kita tujukan kepada para ilmuwan kitab suci dari pelbagai kepercayaan yang telah bekerjasama sehingga terjemahan-terjemahan Kitab Suci dewasa ini semakin mendekati apa yang dimaksud oleh penulis-penulis asli Kitab Suci. Sejauh apa yang mereka lakukan, Allah, seabagai Penulis Kitab Suci, berbicara kepada kita melalui manusia-manusia penulis Kitab Suci.

Pertanyaan Untuk Bahan Diskusi dan Renungan

Coba Anda bayangkan mengenai suatu situasi di dalam Kitab Suci ketika seseorang berjumpa dengan Allah melalui alam, orang, peristiwa, dan doa? Sebutkan serinci mungkin (spesifik) dan semampu Anda dalam kaitannya dengan situasi saat Allah mengungkapkan diri-Nya pada masing-masing kasus tersebut. (Beberapa contoh : 1 Raja-raja 19:9-13 (alam); Kisah 9:1-9 (orang); Mazmur 78 (peristiwa); Keluaran (33:7-11 (doa). Dapatkah Anda mengingat kejadian pada saat Anda mengalama peristiwa Allah melalui alam, orang. Peristiwa, dan doa?

Aktivitas

Hapalkan atau setidaknya berusaha agar Anda mengenal tahun-tahun persitiwa penting ini :

S.M. (Sebelum Masehi)

M (Masehi)

1900

Abraham

26

Yesus mulai mengajar

1720

Yusuf dan Saudara-saudaranya di Mesir

30

Penyaliban dan Kebang­kitan Kristus

1250

Musa dan Orang Israel keluar dari Mesir

36

Penganiayaan orang-orang Kristen oleh Saulus

1000

Daud Berkuasa

51

Kitab Pertama Perjanjian Baru ditulis

922

Kerajaan Yahudi Pecah

70

Penghancuran Yerusalem oleh orang-orang Romawi

721

Kerajaan Utara jatuh ke Asyur

125

Kitab-kitab Perjanjian Baru selesai disusun

587

Kerajaan Selatan jatuh ke Babel

313

Dekrit Milano

539

Kembali dari pembuangan

382

Konsili Roma menetapkan 73 kitab sebagai Kitab Suci

515

Bait Allah dibangun kembali

1546

Konsili Trente menetapkan versi Alexandria dan daftar tradisional sebagai Kitab Suci Gereja Katolik.

445

Tembok Yerusalem didirikan kem­bali

332

Alexander Agung menakluk­kan Palestina

167

Penganiayaan oleh orang-orang Asyur dan pemberon­takan Makabe

142

Judea merdeka

63

Kerajaan Romawi menak­lukkan Yerusalem

37

Herodes Agung

6

Yesus Kristus lahir







Sebagian besar terbitan Kitab Suci menyediakan peta wilayah yang dihuni orang-orang Yahudi. Cobalah mengenal wilayah-wilayah tersebut. Perhatikan bahwa dari waktu ke waktu wilayah orang-orang Yahudi itu dinamai berbeda-beda : Sebagai Tanah Terjanji, Kanaan, Israel, Yehuda, Judea, Palestina, dan Tanah Suci.

Renungkan dengan tenang dalam beberapa menit mengenai hal-hal yang kasat mata serta suara-suara di sekeliling anda. Kemudian nyalakan pesawat radio, dan carilah beberapa stasiun pemancar. Suara-suara radio itu tetap ada di sana sepanjang waktu. Namun, suara-suara itu perlu ditangkap melalui sebuah radio. Matikan radio dan duduklah dengan tenang sekali lagi. Refleksikan pada hal-hal yang kasat mata serta suara-suara yang menjadi pesan Allah kepada Anda. Perhatikan sesuatu yang yang indah. Pikirkanlah seseorang yang anda cintai. Sadari suatu peristiwa yang membuat anda gembira dan sedih. Kemudian bukalah hati anda kepada Tuhan, berdoalah dan mintalah berkat Allah yang sesuai bagi anda.

No comments: